Selasa, 06 Desember 2016

Megono khas Batang

Resep


Alat dan Bahan :
- Nangka muda ( Gori ) 1/4 kg                        - Panci dengan sarang lubang
- Kelapa Parut 1/2 butir                                  - Cobek atau Ulekan
- Garam 1 sdm                                               - alat parut kelapa
-Bawang Merah 3 siung
- Bawang Putih 4 siung
- Cabe Merah 4 biji
- Cabe Rawit 7 biji/ selera
- Kencur sedikit
- kunyit sedikit
- Daun Salam 2 lembar
- Serai 1/2
- trasi 1/4 sdt
- Laos 1/4 batang
- Air segaris panci

Cara Memasak :
  1. Rajang nangka muda sampai kecil sekali seperti rajangan bawang putih
  2. haluskan seluruh bumbu yang sudah disebutkan diatas
  3. buat adonan yaitu nangka muda yang sudah dirajang dengan kelapa parut seperti urap, kemudian bubuhkan bumbu yang sudah dihaluskan tadi dan diurap sampai merata
  4. rebus air menggunakan panci, setelah mendidih masukkan sarangan yang berlubang diatas air yang sudah mendidih
  5. masukkan adonan atau urapan nangka muda diatasnya dan sekaligus daun salam
  6. tutup panci, dan tunggu sampai nangka muda sudah empuk ( sudah matang )
  7. sajikan bersama nasi putih, dijamin yahuud,,, :)

    Senin, 05 Desember 2016

    Sistem mata pencaharian kajian antropologi

    Amir Ali sang Pembaharu



    Sayyid Amir Ali
    A.    Latar belakang kehidupan
    Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga syi’ah yang di zaman Nadir Syah ( 1736-1747 ) pindah ke Khurasan di Persia ke India. Keluarga itu kemudian bekerja di Istana Raja Mughal. Sayyid Amir Ali lahir di Outtack tahun 1849, dan meninggal pada usia tujuh puluh sembilan pada tanggal 3 Agustus 1928 di Susses, Inggris.[1] Ia memperoleh pendidikan di Perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada di dekat Kalkuta dan dari sinilah ia belajar bahasa Arab. Selanjutnya ia belajar bahasa dan sastra Inggris serta Hukum Inggris.
    Di tahun 1869 ia pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan selesai tahun 1873 dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang hukum. Selesai dari studi ia kembali ke India dan pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah Inggris, pengacara, hakim, dan guru besar dalam hukum Islam.ia terkenal dalam aktivitasnya di bidang politik dan buku karangan beliau yang berjudul The Spirit Of Islam dan A Short History of the Saracens .[2]
    Di tahun 1883 ia diangkat menjadi salah satu dari ketiga anggota Majlis Wakil Raaja Inggris di India. Ia adalah satu-satunya anggota Islam dalam Majlis itu. Tahun 1904 ia meninggalkan India dan menetap untuk selama-lamanya di Inggris, bahkan ia beristrikan wanita Inggris. Disana ia diangkat menjadi anggota India yang pertama dalam Judicial Committe of Privacy Council pada tahun 1909.[3]
    B.     Kontribusi dan Pemikiran
    Pada tahun 1877 ia mendirikan National Muhammedan Association, sebagai wadah persatuan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam bidang politik. Setelah berdirinya Liga Muslimin India di tahun 1906 ia membentuk cabang dari perkumpulan Judicial Committe of Privacy di London. Ketika India menuntut kemerdekaan untuk India maka ia mengundurkan diri dari Liga Muslimin.[4]
    Sayyid Amir Ali juga merupakan seorang pemimpin yang dekat dengan pemerintahan Inggris di Inida. Dia melihat pemerintahan Inggris adalah suatu alternatif untuk menghindari pengaruh Hindu setelah memperoleh kemerdekaan dari kerajaan Inggris.[5]
    Sayyid Amir Ali berpendapat dan berkeyakinan bahwa Islam bukanlah agama yang membawa kepada kemunduran melainkan membawa kemajuan dengan pembuktian yang ada pada Sejarah Islam Klasik sehingga ia dicap sebagai penulis orientalis atau apologis.[6]
    Sayyid Amir Ali merupakan pemikir pertama yang kembali ke sejarah lama untuk membawa bukti bahwa Islam adalah agama rasional dan agama kemajuan, hal ini ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul The Spirit Of Islam yang dicetak pertama kalinya di tahun 1891. Dalam buku itu ia kupas ajaran-ajaran Islam mengenai Tauhid, ibadat, hari akhirat, kedudukan wanita, perbudakan, sistem politik, dan sebagainya. Ia juga menjelaskan kemajuan ilmu pengetahuan dan pemikiran rasional dan filosofis yang terdapat dalam sejarah Islam. Metode yang ia pakai adalah metode perbandingan ditambah uraian rasional, ia terlebih dahulu membawa ajaran-ajaran serupa dari agama lain kemudian menjelaskan bahwa Islam membawa perbaikan dari ajaran-ajaran yang bersangkutan.[7]
    Mengenai ajaran tentang akhirat, umpamanya ia menjelaskan bahwa keinginan manusia untuk dapat bersatu kembali dengan orang-orang yang dikasihi dan disayangi, sesudah dipisahkan oleh kematian, kepercayaan akan hal ini bahkan ada pada ajaran yang dianut bangsa Mesir terdahulu yakni agama Yahudi yang timbul kemudian. Sayyid Amir Ali menegaskan bahwa di akhirat nanti tiap orang harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di dunia ini. Kesenangan dan kesengsaraan seseorang bergantung pada perbuatannya di hidup pertama, inilah keyakinan pokok yang harus diterima dalam Islaam mengenai akhirat.[8]
    Selanjutnya ia menjelaskan  bahwa ajaran mengenai akhirat itu amat besar arti dan pengaruhnya dalam mendorong manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat. Dalam membahas soal perbudakan, Sayyid Amir Ali menerangkan bahwa sistem perbudakan sudah ada sejak zaman purba dan ada pada masyarakat manusia seluruhnya. Dalam agama Kristen, tidak ada ajaran untuk menghapus sistem perbudakan itu. Islam berlainan dengan agama-agama sebelumnya, yang datang dengan ajaran untuk membebaskan budak. Budak harus diberikan kesempatan untuk membeli kemerdekaannya dengan upah yang ia peroleh, budak harus pula diperlakukan dengan baik dan tidak boleh di diskriminasi dengan manusia lain. Ajaran ini akhirnya membawa kepada penghapusan sistem perbudakan dalam Islam.[9]
    Amir Ali berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan karena umat pada zaman modern menganggap pintu ijtihad telah tertutup. Orang harus tunduk pada pendapat Ulama abad ke sembilan Masehi, yang tidak mengetahui kebutuhan abad kedua puluh. Umat Islam Zaman Modern tidak percaya pada kekuatan akal, sedang Nabi Muhammad memberi penghargaan tinggi dan mulia terhadap akal manusia. Berbeda dengan ulama sekarang yang cenderung beranggapan bahwa memuliakan akal merupakan bentuk kejahatan dan dosa.[10]
    Perhatian kepada ilmu pengetahuan telah dimulai di zaman Khulafa’ al-Rasyidin diwujudkan dengan bentuk ceramah oleh Ali ibn Abbas tentang sasta, tata bahasa, sejarah dan Matematika. Ketika masa Bani Umayyah, kemajuan dalam bidang pemikiran liberal dan ilmu pengetahuan berhenti karena disibukkan oleh masalah politik dan peperangan. Kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan dimulai sungguh-sungguh di permulaan zaman Bani Abbas, yaitu pada abad ke-8 Masehi. Pada masa Khalifah Al-Mansyur, buku-buku ilmu pengetahuan dan falsafat diterjemahkan pertama kali ke dalam bahasa Arab. Kemajuan ilmu pengetahuan ini dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka berpegang teguh pada ajaran Nabi Muhammad dan berusaha keras untuk melaksanakannya. Ilmu pengetahuan dan peradaban tidak dapat dipisahkan dari kebebasan berfikir. Setelah kebebasan berfikir menjadi kabur dikalangan umat Islam maka mereka menjadi tertinggal dalam kemajuan.[11]
    Kemudian dalam urainnya mengenai pemikiran dan filsafat dalam Islam, ia menjelaskan bahwa jiwa yang terdapat dalam Alquran bukanlah jiwa fatalisme, tetapi jiwa kebebasan manusia dalam berbuat, dan jiwa manusia bertanggungjawab atas perbuatannya bahkan manusia memiliki kebebasan dalam menentukan kemauan.
    Selanjutnya ia menguraikan peranan yang dipegang golongan Mu’tazilah dalam perkembangan ilmu-pengetahuan dan filsafat dalam Islam. Kaum Mu’tazilah membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat dalam Islam. Melalui Mu’tazilah, rasionalisme Islam meluas ke seluruh masyarakat terpelajar yang ada di kerajaan Islam ketika itu bahkan seluruh perguruan yang letaknya jauh dari Andalusia. Untuk membawa umat Islam kembali pada kemajuan maka harus dibuka kembali pintu ijtihad atau kebebasan akal dalam berfikir.[12]

    DAFTAR PUSTAKA
    Ali, Mukti, Alam Pemikiran Islam Modern di India dan Pakistan, Bandung : Penerbit Mizan, 1995.
    Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam :Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1992





    [1]Mukti Ali, Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, ( Bandung : Penerbit Mizan, 1995 ), hlm. 142
    [2]Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan, ( Jakarta : PT Bulan Bintang, 1992 ) , hlm. 181
    [3]Ibid., hlm. 181-182
    [4]Ibid., hlm. 181-182
    [6]Ibid., hlm. 182
    [7]Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hlm. 182-183
    [8]Ibid., hlm. 184
    [9]Ibid., hlm. 186
    [10]Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hlm. 186-187
    [11]Ibid., hlm. 187
    [12]Ibid., hlm. 188

    Selasa, 07 Oktober 2014

    wisata pagilaran

    Pagilaran merupakan area wisata di batang ,lokasinya yang tepat yaitu di Ds.keteleng kec.blado kab.Batang
    Pagilaran menjadi tujuan utama warga Batang yang di dalamnya terdapat perkebunan teh,perkebunan kopi,kina,kakao,dan terdapat juga obyek wisata air terjun yang begitu cantik dan sedap di mata.
      Obyek wisata pagilaran sangat disukai warga setempat karena selain tiket masuk yang murah,tapi banyak hal yang di dapatkan.Karena wisatawan atau pengunjung dapat menikmati keindahan dan kesejukan hamparan kebun teh.Di dekat kebun teh terdapat pula pengolahan teh yang bisa kita dapatkan pengetahuan langsung,tentang bagaimana proses pengolahan daun teh menjadi teh yang merupakan salah satu minuman khas kita.
      Ketika kita beserta keluarga ingin mencari suasana baru dalam keharmonisan rumah tangga,di Pagilaran ini terdapat pula villa atau penginapan.Dari penginapan itu kita dapat menikmati udara sejuk ketika pagi,dan dingin ketika malam.Serasa di puncak gunung,hemmm nikmatnya :)
      Biasanya pagilaran ini juga menjadi tempat rujukan pertama bagi organisasi-organisasi yang mengadakan camping atau perkemahan.Tempatnya yang asik menjadi sasaran utama bagi mereka sang pecinta petualangan.

    Rabu, 01 Oktober 2014

    Mahasiswa FEBI UIN Sunan Kaliajaga Juara Nasional LKTI di IPB Bogor 2014

    Tim Mahasiswa FEBI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yaitu Annisa Nur Salam, Hana Purti Rahmania dan Neneng Ela Fauziyyah berhasil meraih juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat Nasional dalam rangkaian agenda besar tahunan Institut Pertanian Bogor (IPB) pada acara Season (Sharia Economics at Seminar, Expo and Campaign). Season ke-10 telah berlangsung pada tanggal 11-13 September 2014. Salah satu rangkaian acaranya adalah Call for Sharia Economics Paper Competition (CASEP) dengan tema ”Membangun Ekonomi Islam melalui Sistem Politik”.
    Adapun mekanisme CASEP tersebut terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama merupakan babak penyisihan yang ditinjau dari aspek judul dan abstrak karya dan hanya diambil 10 tim untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya. Adapun 10 tim yang lolos tersebut, diantaranya : IKIP PGRI Jawa Timur, Institut Pertanian Bogor, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi Perbanas II, Universitas Brawijaya, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga II, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas Sebelas Maret Surakarta II dan Universitas Trunojoyo Madura. Tahap kedua adalah tahap presentasi karya untuk menentukan juara 1,2 dan 3. Juara pertama CASEP 2014 berhasil diraih oleh Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan judul karya “Optimalisasi Peran Zakat sebagai Alternatif Defisit APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah)” yang ditulis oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang merupakan anggota dari Forum Studi Ekonomi Islam (ForSEI) yaitu, Annisa Nur Salam, Hana Purti Rahmania dan Neneng Ela Fauziyyah. Sementara itu, juara kedua diraih oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta II dengan judul karya “Hybird Control System (HCS) sebagai Solusi Pendistribusian Zakat secara efektif dan Islami untuk Meningkatkan Kekuatan Perekonomian Nasional”. Dan juara ketiga diraih oleh Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi Perbanas II dengan judul karya “Pentingnya Standarisasi Gadai Syariah (RAHN) dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Islam Menuju AFTA 2015”. Ini adalah prestasi kedua kalinya yang berhasil diraih mahasiswa FEBI dalam bidang Ekonomi Islam setelah meraih juara 1 olimpiade ekonomi Islam pada acara Temu Ilmiah Regional (Temilreg) Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Forum Silaturahmi Ekonomi Islam (Fossei) Yogyakarta bulan Februari kemarin. (Din Humas@@)